Jumat, 04 Maret 2011

Andai aku sampai pada akhir

ehem. maaf malam ini saya lagi agak sedikit galau. Tak terasa lho 3 bulan saya bekerja sebagai trainee di Hotel Rischli, Soerenberg. Gua trainee di restaurant, yang berarti setiap hari kerjaan gua bertemu dengan tamu, baik muka2 lama ataupun muka2 baru. Baik yang mukanya pengen ditendang, baik yang ingin dipeluk dengan erat.
Tiga bulan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk bertemu berbagai jenis manusia. Ada yang sempurna, ada juga yang tak sempurna. Ada yang menerima kekurangan dirinya, ada yang mampu terus tersenyum di segala kelemahannya, ada yang terus berjuang hidup di umurnya yang dini, dan ada yang terus bertahan untuk melihat dunia.

Gua? Hidup gua sekarang ini: sempurna. Gua nggak mau minta lebih sama Tuhan. Cukup. Gua bersyukur dengan segala yang ada pada diri gua detik ini. Buat apa gua terus melihat ketiadaan, yang "ada" itu bisa dilihat kok. 

"Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah berumur tua."


Semenjak gua SD gua selalu punya bayangan tentang apa yang selanjutnya akan gua lakukan dan gua selalu yakin akan "bayangan masa depan itu". Misalnya waktu kelas 6 SD, gua keukeh banget mau masuk SMP Santa Maria (SD gua juga disitu sih), kayak cuma ada 1 SMP di seluruh Jakarta. Pokonya waktu itu gua gak mau tau gua mau masuk SMP situ. Terjadilah, gua masuk SMP Sanmar.


Waktu gua SMP, kalo ditanya cita2nya apa, gua pasti bilang: "Jadi Dokter! Terus mau sekolah di Jerman, karena kedokteran disana bagus." yah, cita2 yang standard, yang biasa diucapkan sama anak2 remaja dibawah 14 tahun, dan ternyata cita2 itu terlalu tinggi buat gua (atau terlalu absurd?) Satu kalimat lagi yang mulai gua ucapkan sejak kelas 2 SMP: " gua mau masuk SMA Santa Ursula, karena sekolahnya bagus, bakalan banyak kesempatan beasiswa ke luar negeri."


Semua yang gua ucapkan menjadi nyata seiiring dengan berjalannya waktu. Gua keterima SMA Santa Ursula 2 jam sebelum penerimaan DB 2 (yang bagi gua cuma cadangan belaka dan ale2 belaka). 


Masa- masa SMA berlalu bagai air yang dituang dari ember ke bak mandi. Begitu kasar dan cepat, tapi membuat penuh. Penuh dengan ilmu, penuh dengan masalah, dan juga penuh dengan pelajaran hidup yang paling berharga. Persahabatan, keiri-hatian, keluarga, teman, canda dan tawa, tangis dan amarah, kekompakan, well and many other things. 
Setelah satu semester menjalani sekolah yang penuh dengan tanya, yang membuat berat badan turun 3 kilo di awal tahun, awal semester 2, gua resmi masuk Goethe Institute Jakarta. Tempat pertama kali gua mengenal bahasa Jerman, dan menjadi titik awal sebuah masa depan yang kembali terlihat. Waktu terus berputar. Tepat tanggal 4 Juli 2008 gua berangkat ke Jerman untuk belajar bahasa selama 3 minggu gratis. Yup, I had scholarship from my school. 
Kelas 3 SMA. Cukup keras, tapi mengasah. Baik otak maupun batin.  Berat badan turun 10 kilo, waktu tidur berkurang 60 %. Saatnya bingung ke arah manakah masa depan gua akan berlanjut? Jerman kah? ah yang pasti gua akan melanjutkan sekolah di benua Eropa! Gua bingung setengah mati, kalo gua lanjut ke jerman, jurusan apa yang akan gua ambil? semuanya tekhnik dan mesin dan medicine, dan gua adalah anak bahasa dan gak tertarik dengan cabang2 ilmu itu. Germanistik? Linguistik? Deutsch Literatur? hmm..mau jadi apa abis lulus? pengangguran? bosen belajar teori.. Sampai pada akhirnya, tercapailah suatu musyawarah mufakat: 


SWITZERLAND. Hotel Management. Internship. in HTMI, Soerenberg, Kanton Luzern, Local Language: Deutsch.


Bagaikan mendapat suatu paket yang bener2 dibuat Tuhan buat gua. PERFECTO. Sedikit kesulitan ekonomi di awal, but well if God say: "Yes, this school package is just for you." pada akhirnya, yeah here I am. gua berangkat menuju negeri eropa, melanjutkan studi sekaligus praktek, dan gaji yang cukup untuk membantu mama membayar uang sekolah dan juga keliling muter2 eropa.


Apa yang sekarang gua pikirkan tentang masa depan? 


NICHTS! NOTHING! I CANNOT SEE MY FUTURE AT ALL! I CANNOT PREDICT IT AT ALL!


Tapi ada satu hal yang melintas dan sampai detik ini mendekam di otak gua. Pilihan kedua. Yah pilihan kedua Soe hok Gie. Aku pun pilih pilihan keduanya. Aku tak tahu, tapi pilihan kedua soe hok gie adalah pilihan gua (dan mungkin pilihan Tuhan)


Gua gak kebayang sama sekali apa yang akan gua lakukan setelah berumur 25 tahun. Akankah gua menikah? Akankah gua jadi orang sukses? Akankah gua punya anak yang lucu2, nyekolahin mereka, berjuang untuk mereka, berkorban untuk mereka? Gua gak punya bayangan! Gua ingin, tapi gua gak kebayang! 


Yang gua inginkan sekarang hanyalah berbuat baik dengan semua orang yang gua temuin. Biarlah mereka mengingat gua dengan segala kebaikan yang gua buat kepada mereka. Gua gak pernah menyesal telah di lahirkan di dunia ini. Gua gak pernah minta sekalipun untuk dilahirkan ke dunia. Tapi gua bersyukur gua di bumi sekarang. Gua menikmati keindahan dan kebusukan alam dan manusia.


Kita semua adalah titipan Tuhan, kita tak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi Dia meminjamkan jiwa dan raga ini untuk menikmati dunia.


Well, Aku hanya ingin menikmati hidup sekarang ini. Hanya ingin melihat dunia dari sebuah segi yang bernama segi positif. Hanya ingin selalu tersenyum dan membuat orang lain bahagia. Hanya ingin memberikan support dan kasih sayang bagi mereka yang membutuhkan. Hanya ingin melihat orang lain bahagia dan tak peduli dengan kebahagiaan ku sendiri. Melihat mereka tersenyum dan menikmati indahnya dunia adalah kebahagiaanku. Aku hanya ingin melihat seisi dunia tertawa dalam kedukaan.


"Kita tak pernah menanamkan apa apa, kita tak pernah kehilangan apa - apa."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar